Bidadari
itu Dibawa Jibril
Post: 03/10/2003 Disimak: 482 kali
Cerpen: A Mustofa Bisri
Sumber: Media Indonesia, Edisi 03/09/2003
SEBELUM jilbab populer seperti sekarang ini,
Hindun sudah selalu memakai busana muslimah itu. Dia memang seorang muslimah
taat dari keluarga taat. Meski mulai SD tidak belajar agama di madrasah,
ketaatannya terhadap agama, seperti salat pada waktunya, puasa Senin-Kamis,
salat Dhuha, dsb, tidak kalah dengan mereka yang dari kecil belajar agama.
Apalagi setelah di perguruan tinggi. Ketika di perguruan tinggi dia justru
seperti mendapat kesempatan lebih aktif lagi dalam kegiatan-kegiatan
keagamaan.Dalam soal
syariat agama, seperti banyak kaum muslimin kota yang
sedang semangat-semangatnya berislamria, sikapnya tegas. Misalnya bila dia
melihat sesuatu yang menurut pemahamannya mungkar, dia tidak segan-segan
menegur terang-terangan. Bila dia melihat kawan perempuannya yang muslimah--dia
biasa memanggilnya ukhti--jilbabnya kurang rapat, misalnya, langsung dia akan
menyemprotnya dengan lugas. Dia pernah menegur dosennya yang dilihatnya sedang
minum dengan memegang gelas tangan kiri, "Bapak kan muslim, mestinya bapak
tahu soal tayammun;" katanya, "Nabi kita menganjurkan agar untuk
melakukan sesuatu yang baik, menggunakan tangan kanan!" Dosen yang lain
ditegur terang-terangan karena merokok. "Merokok itu salah satu senjata
setan untuk menyengsarakan anak Adam di dunia dan akherat. Sebagai dosen, Bapak
tidak pantas mencontohkan hal buruk seperti itu." Dia juga pernah menegur
terang-terangan dosennya yang memelihara anjing. "Bapak tahu enggak? Bapak
kan muslim?! Anjing itu najis dan malaikat tidak mau datang ke rumah orang yang
ada anjingnya!"Di samping ketaatan dan kelugasannya, apabila bicara
tentang Islam, Hindun selalu bersemangat. Apalagi bila sudah bicara soal
kemungkaran dan kemaksiatan yang merajalela di Tanah Air yang menurutnya banyak
dilakukan oleh orang-orang Islam, wah, dia akan berkobar-kobar bagaikan banteng
luka. Apalagi bila melihat atau mendengar ada orang Islam melakukan perbuatan
yang menurutnya tidak rasional, langsung dia mengecapnya sebagai klenik atau
bahkan syirik yang harus diberantas. Dia pernah ikut mengoordinasi berbagai
demonstrasi, seperti menuntut ditutupnya tempat-tempat yang disebutnya sebagai
tempat-tempat maksiat; demonstrasi menentang sekolah yang melarang muridnya
berjilbab; hingga demonstrasi menuntut diberlakukannya syariat Islam secara
murni. Mungkin karena itulah, dia dijuluki kawan-kawannya si bidadari tangan
besi. Dia tidak marah, tetapi juga tidak kelihatan senang dijuluki begitu. Yang
penting menurutnya, orang Islam yang baik harus selalu menegakkan amar makruf
nahi mungkar di mana pun berada. Harus membenci kaum yang ingkar dan
menyeleweng dari rel agama. Bagi Hindun, amar makruf nahi mungkar bukan saja
merupakan bagian dari keimanan dan ketakwaan, tetapi juga bagian dari jihad fi
sabilillah. Karena itu dia biarkan saja kawan-kawannya menjulukinya bidadari
tangan besi.Ketika beberapa lama kemudian dia menjadi istri kawanku, Mas Danu,
ketaatannya kian bertambah, tetapi kelugasan dan kebiasaannya menegur
terang-terangan agak berkurang. Mungkin ini disebabkan karena Mas Danu orangnya
juga taat, namun sabar dan lemah lembut. Mungkin dia sering melihat bagaimana
Mas Danu, dengan kesabaran dan kelembutannya, justru lebih sering berhasil
dalam melakukan amar makruf nahi mungkar. Banyak kawan mereka yang tadinya
mursal, justru menjadi insaf dan baik oleh suaminya yang lembut itu. Bukan oleh
dia.***Sudah lama aku tidak mendengar kabar mereka, kabar Mas Danu dan Hindun.
Dulu sering aku menerima telepon mereka. Sekadar silaturahmi. Saling bertanya
kabar. Tetapi, kemudian sudah lama mereka tidak menelepon. Aku sendiri pernah
juga beberapa kali menelepon ke rumah mereka, tapi selalu kalau tidak terdengar
nada sibuk, ya, tidak ada yang mengangkat. Karena itu, ketika Mas Danu
tiba-tiba menelepon, aku seperti mendapat kejutan yang menggembirakan. Lama
sekali kami berbincang-bincang di telepon, melepas kerinduan.Setelah saling
tanya kabar masing-masing, Mas Danu bilang, "Mas, Sampeyan sudah dengar
belum? Hindun sekarang punya syeikh baru lo?""Syeikh baru?"
tanyaku. Mas Danu memang suka berkelakar."Ya, syeikh baru. Tahu, siapa?
Sampeyan pasti enggak percaya.""Siapa, mas?" tanyaku benar-benar
ingin tahu."Jibril, mas. Malaikat Jibril!""Jibril?" aku tak
bisa menahan tertawaku. Kadang-kadang sahabatku ini memang sulit dibedakan
apakah sedang bercanda atau tidak."Jangan ketawa! Ini
serius!""Wah. Katanya, bagaimana rupanya?" aku masih kurang
percaya."Dia tidak cerita rupanya, tetapi katanya, Jibril itu humoris
seperti Sampeyan."Saya ngakak. Tetapi, di seberang sana, Mas Danu
kelihatannya benar-benar serius, jadi kutahan-tahan juga tawaku.
"Bagaimana ceritanya, mas?""Ya, mula-mula dia ikut grup
pengajian. Kan di tempat kami sekarang lagi musim grup-grup pengajian. Ada
pengajian eksekutif; pengajian seniman; pengajian pensiunan; dan entah apa
lagi. Nah, lama-lama gurunya itu didatangi malaikat Jibril dan sekarang
malaikat Jibril itulah yang langsung mengajarkan ajaran-ajaran dari langit.
Sedangkan gurunya itu hanya dipinjam mulutnya.""Bagaimana mereka tahu
bahwa yang datang itu malaikat Jibril?""Lo, malaikat Jibrilnya
sendiri yang mengatakan. Kepada jemaahnya, gurunya itu, maksud saya malaikat
Jibril itu, menunjukkan bukti berupa fenomena-fenomena alam yang ajaib yang
tidak mungkin bisa dilakukan oleh manusia.""Ya, tetapi jin dan setan
kan bisa melakukan hal seperti itu, mas!" selaku, "Kan ada cerita,
dahulu Syeikh Abdul Qadir Jailani, sufi yang termasyhur itu, pernah digoda iblis
yang menyamar sebagai Tuhan berbentuk cahaya yang terang benderang. Konon,
sebelumnya, Iblis sudah berhasil menjerumuskan 40 sufi dengan cara itu. Tetapi,
karena keimanannya yang tebal, Syeikh Abdul Qadir bisa mengenalinya dan segera
mengusirnya.""Tak tahulah, mas. Yang jelas jemaahnya banyak orang
pintarnya lo.""Wah."Ketika percakapan akhirnya disudahi dengan
janji dari Mas Danu dia akan terus menelepon bila sempat, aku masih tertegun.
Aku membayangkan sang bidadari bertangan besi yang begitu tegar ingin
memurnikan agama itu kini "hanya" menjadi pengikut sebuah aliran yang
menurut banyak orang tidak rasional dan bahkan berbau klenik. Allah Mahakuasa!
Dialah yang kuasa menggerakkan hati dan pikiran orang.***Beberapa minggu
kemudian aku mendapat telepon lagi dari sahabatku Mas Danu. Kali ini, dia
bercerita tentang istrinya dengan nada seperti khawatir."Wah, mas; Hindun
baru saja membakar diri.""Apa, mas?" aku terkejut setengah mati,
"membakar diri bagaimana?""Gurunya yang mengaku titisan Jibril
itu mengajak jemaahnya untuk membersihkan diri dari kekotoran-kekotoran dosa.
Mereka menyiram diri mereka dengan spritus kemudian
membakarnya.""Hei," aku ternganga. Dalam hati aku khawatir juga,
soalnya aku pernah mendengar di luar negeri pernah terjadi jemaah yang diajak
guru mereka bunuh diri."Yang lucu, mas," suara Mas Danu terdengar
lagi melanjutkan, "gurunya itu yang paling banyak terbakar bagian-bagian
tubuhnya. Berarti kan dia yang paling banyak dosanya ya, mas?!"Aku
mengangguk, lupa bahwa kami sedang bicara via telepon."Doakan sajalah
mas!" kata sahabatku di seberang menutup pembicaraan.Beberapa hari
kemudian Mas Danu menelepon lagi, menceritakan bahwa istrinya kini jarang
pulang. Katanya ada tugas dari Syeikh Jibril yang mengharuskan jemaahnya berkumpul
di suatu tempat. Tugas berat, tetapi suci. Memperbaiki dunia yang sudah rusak
ini."Pernah pulang sebentar, mas" kata Mas Danu di telepon, "dan
Sampeyan tahu apa yang dibawanya? Dia pulang sambil memeluk anjing. Entah dapat
dari mana?"***Setelah itu, Mas Danu tidak pernah menelepon lagi. Aku
mencoba menghubunginya juga tidak pernah berhasil. Baru hari ini. Tak ada hujan
tak ada angin, aku menerima pesan di HP-ku, SMS, isinya singkat: "Mas,
Hindun sekarang sudah keluar dari Islam. Dia sudah tak berjilbab, tak salat, tak
puasa. (Danu)."Aku tidak bisa membayangkan bagaimana perasaan Mas Danu
saat menulis SMS itu. Aku sendiri yang menerima pesan itu, tidak bisa
menggambarkan perasaanku sendiri. Hanya dari mulutku meluncur saja ucapan masya
Allah.***Rembang, Akhir Ramadan 1423
Tidak ada komentar:
Posting Komentar